Senin, 09 Desember 2013

Hikmah Saat Sakit (1)

Apa hayo yang kepikiran saat lihat judul itu?
Sinetron? Ya iyalah pastinya...

Maaf karena membuat Anda kecewa, jangan bayangkan apa yang saya mau ceritakan ini ada hubungannya dengan anak durhaka yang sakit keras atau orang kaya pelit yang akhirnya sadar sakitnya tidak bisa disembuhkan dengan uang.

Yang mau saya ceritakan adalah ternyata waktu sakitpun bisa dapat ilmu :)

Al kisah berawal dari suatu pagi beberapa hari lalu

scene : seorang gadis memandang keluar jendela, menunggu sang fajar menampakkan cahayanya .... ngeeeek, back to reality . . .

Tersadar dari tidur dengan kepala yang rasanya berat sekali untuk diangkat. Ya, sudah dua hari ini badan rasanya tidak rela untuk diajak beraktifitas seperti biasanya. Setelah menunggu beberapa jam (eh, lama ajah), akhirnya saya memutuskan untuk makan gaji buta, tidak berangkat kerja hari itu.


Tanya kenapa makan gaji buta? karena ditempat saya kerja tidak ada pemotongan gaji jika tidak masuk... Iri kaaaan?!?! :D

lanjuuuuuttt...

Setelah beberapa lama, akhirnya sang kepala mau juga diajak kompromi. Kali ini memang harus mau, karena sistem metabolisme tubuh sudah menuntut hak pagi hari nya. Racun yang sudah beberapa jam bermalam di dalam tubuh harus segera dikeluarkan.

Berjalan dengan gontay ke sebuah ruangan yang besarnya tak lebih dari dua orang mungil tidur berjajar. Dasar ruangan berwarna merah terasa dingin dan membuat kaki sedikit berjinjit saat menyentuhnya. Sesaat kemudian kucuran H2o dari leher kran pun berlomba-lomba memenuhi  sang wadah, disaat bersamaan dengan dibuangnya racun dari tubuh ini.

Alhamdulillah, pagi ini saya sudah berdamai dengan kandung kemih dan ginjal J

Tanpa terasa hari semakin siang, sang sakit pun sudah mulai meruntuhkan keegoisannya hinggap di kepala saya. Melihat matahari sudah tinggi, saya pun berjalan ke teras rumah untuk melihat keadaan si jambul.

Perkenalkan, ini si jambul, burung peliharaan kami yang baru. Dia sejenis kenari tetapi agak berbeda karena memiliki jambul.

ini jambul habis mandi loh, bukan penyakitan ya.. :)

Siang itu saya menurunkan si jambul dari singahsananya untuk memandikannya. Ini adalah kedua kalinya saya memandikan si jambul sejak dua bulan lalu dia menjadi anggota keluarga (ketahuan pemalasnya :D).

Belumlah puas meneror si jambul dengan air, dari kejauhan tampak dua orang berjalan mendekati rumah saya. Seorang wanita dan seorang pria. Kebetulan saat itu mama juga ada di teras, kalo mama sih lagi ngecek jemuran udah pada kering atau belum …

Mama : “de, bilang aja maaf, engga…”

Ini adalah sikap spontan dan umum  yang ditunjukkan sebagian orang  jika didatangi orang asing, berseragam, dan memegang map ditangannya. Dalam hati bertanya, “mereka mau ngapain?” dan sang otak pun bereaksi, “kalo ga minta sumbangan, jualan, atau survey entah apa”.

Tak lama, si lelaki pun menyapa, “siang bu, siang teh, permisi mau tanya-tanya sebentar”…

“Saya: ”Nah loh, bener kan”.

 Lagian si mas nya pede bener manggil teh, emang saya orang sunda?!. Ya, sebenernya sih itu hanya bagian dari sopan santun dan hormat aja, tapi jadi sedikit ngerasa ganggu karena udah punya prasangka negatif duluan.

Si lelaki: “maaf bu, teh, saya hanya melanjutkan dari  tetangga sebelumnya, ibu Yati, ibu bleg bleg (si mas nya ga jelas ngomong apa), ibu pake gas 3 kg?”.

Mama: “engga, saya ga pake”

Si lelaki: ”oh, pake gas yang besar ya bu, boleh saya liat sebentar bu? Sebentar aja, untuk liat kondisi tabungnya”

Tiba-tiba dia buka pintu pagar dan nyelonong masuk. Nah loh…mau ngapain nih orang?

Bersambung part 2…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar